Masjid yang berletak di Jl. Raya Kasri
ini adalah salah satu daya tarik kota Pandaan. Menjadi salah satu icon
dan menjadi sarana ibadah sekaligus tempat wisata bagi pengunjung luar
kota.
Masjid berarsitektur Cina yang diresmikan pada tgl 27 Januari 2008 oleh Bupati H. Jusbakir Aldjufri SH.MM,
Sedangkan peletakan batu pertama dilakukan KH Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) pada 30 Mei 2004. Sebelumnya merupakan tanah kosong milik perhutani
yang kemudian dikelola menjadi Masjid yang menelan biaya hingga Rp. 3,2
Milyar lebih.
Masjid ini dibangun di atas tanah seluas
6.000 meter persegi. Dengan luas bangunan masjid 550 meter persegi.
Masjid ini terdapat dua lantai. Lantai bawah seluas 529 meter persegi
bakal ditempati perpustakaan, akad nikah dan acara seremonial religi
lainnya. Sejak habisnya masa jabatan Bupati Jusbakir, masjid ini
sekarang dikelola oleh ketakmiran masjid sebagai penanggung jawab.
Pada tahun 1405, delapan puluh tujuh
tahun lebih sebelum penjelajahan Columbus, seorang pelaut Muslim China,
laksamana Zheng He atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama Cheng Ho
telah lebih dahulu mengarungi lautan dunia dengan jarak tempuh yang
lebih panjang dan lebih luas dibanding seorang penjajah Colombus. Kapal
yang digunakan Cheng Ho dengan panjang 400 kaki adalah jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan kapal Columbus yang panjangnya hanya 85 kaki.
Sumber:
http://www.international.ucla.edu/article.asp?parentid=10387
Cheng Ho melakukan penjelajahan dunia
sebanyak tujuh kali dari tahun 1405 sampai 1433. Kapal-kapal Cheng Ho
mengunjungi Nusantara, Thailand, India, Arabia, dan Afrika Timur. Bahkan
ada beberapa spekulasi yang memperkirakan perjalanan kapal Cheng Ho
jauh melampaui Semenanjung Harapan Afrika Selatan. Bahkan ahli sejarah
Gavin Menzies memperkirakan bahwa Cheng Ho juga mencapai benua Amerika,
meskipun banyak diragukan ahli lain karena dugaan Menzies kurang
didukung bukti-bukti sejarah yang meyakinkan.
Penjelajahan Cheng Ho bukanlah suatu
upaya untuk melakukan penaklukan atau penjajahan terhadap bangsa-bangsa
lain oleh bangsa China. Perjalanan Cheng Ho lebih merupakan upaya untuk
mengenal bangsa-bangsa lain dan juga untuk menjajagi kemungkinan untuk
kerjasama perdagangan dan ekonomi dengan bangsa-bangsa lain. Cheng Ho
membawakan kepada bangsa lain hadiah-hadiah seperti emas, perak,
porselin, dan sutera; sebagai imbalannya Cheng Ho membawa pulang ke
negaranya binatang-binatang yang tidak ada di negaranya seperti burung
unta, zebra, unta, dan jerapah, dan juga membawa pulang gading gajah.
Laksamana Cheng Ho beragama Islam, dia
seorang muslim. Profesor HAMKA menilai Cheng Ho punya andil dalam
memperkuat penyebaran Islam di Nusantara. Slamet Muljana menulis bahwa
Cheng Ho membentuk komunitas muslim di Palembang, kemudian di Kalimantan
Barat, dan kemudian juga membentuk berbagai komunitas serupa di pesisir
Jawa, semenanjung Malaysia dan Pilipina. (Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Zheng_He).
Sayangnya penjelajahan Cheng Ho tidak
setenar penjelajahan Columbus. Penulisan buku sejarah tentang Cheng Ho
juga sangat jarang. Jika sejarah tentang Columbus diajarkan dalam mata
pelajaran sejarah dunia di semua sekolah, tidak demikian dengan sejarah
Cheng Ho. Padahal penjelajahan Cheng Ho memberikan pelajaran berharga
tentang hubungan antar bangsa di dunia. Perjalanan dan penjelajahan
Cheng Ho tidak berlanjut dengan pendudukan, penjajahan dan pemusnahan
penduduk asli dari wilayah yang dikunjunginya. Kita bisa merasakan
banyak pengaruh budaya China di banyak negara terutama di benua Asia.
Tapi pengaruh budaya itu bukan pengaruh yang meniadakan budaya lain,
tetapi justru memperkaya budaya-budaya asli setempat.
Serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming
yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China,
tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak
tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim
China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di
Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan
di pantai utara Jawa.
Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi
pada masa kekuasaan Kaisar Xuande pada 1426-1435) ke beberapa daerah dan
negara di Asia dan Afrika, di antaranya Vietnam, Taiwan, Malaka/bagian
dari Malaysia, Sumatra/bagian dari Indonesia, Jawa/bagian dari
Indonesia, Sri Lanka, India bagian Selatan, Persia, Teluk Persia, Arab,
Laut Merah, ke utara hingga Mesir, Afrika, ke selatan hingga Selat
Mozambik.
Dalam khazanah keislaman, kehadiran Cheng
Ho di Indonesia telah memunculkan wacana baru studi keislaman
Indonesia. Cheng Ho berperan besar dalam pergolakan politik
kerajaan-kerajaan di Jawa. Setidaknya, Cheng Ho memiliki andil besar
dalam meruntuhkan Majapahit, Kerajaan Hindu terbesar dan berperan dalam
membangun kerajaan Islam Demak pada tahun 1475.